Inovasi setelah COVID-19: Bisnis Beralih ke Cloud
Transformasi digital selalu dianggap mengganggu. Tapi apa yang terjadi jika gangguan (transformasi digital) itu terganggu? Itulah yang terjadi pada banyak organisasi sekitar setahun yang lalu ketika COVID-19 melanda. Guncangan COVID-19 menyebabkan bisnis menghentikan transformasi, menyusun kembali, dan menyusun ulang prioritas teknologi informasi mereka. Dan secara langsung tiba-tiba, penghematan biaya menjadi melonjak ke urutan teratas.
Menurut CIO COVID-19 Impact Study yang diterbitkan pada April 2020, expense management dengan cepat muncul sebagai tugas utama dalam jangkauan para pelopor teknologi informasi saat mereka mengalihkan fokus dari strategis dan inovatif ke responsif dan preventif. Secara khusus, laporan tersebut menemukan bahwa pengendalian biaya dan manajemen biaya melompat diatas 45% dari aktivitas pelopor teknologi infomasi, melampaui peningkatan operasional teknologi informasi dan kinerja sistem (38%) dan mendesain ulang proses bisnis (37%).
Sementara kebanyakan dari kita mengharapkan nanti pada akhirnya akan kembali ke keadaan normal, namun keadaan normal baru itu akan berbeda dari sebelumnya dibadingkan dengan sebelum adanya gangguan pandemi. Satu perubahan yang tetap ada kemungkinan besar adalah pengetatan fiskal yang diterapkan pada para pelopor dan pemain teknologi informasi setelah pandemi COVID-19.
Namun ada sisi positif dari pengetatan tersebut yaitu, ketika para pemain teknologi informasi dipaksa untuk memotong biaya dan mencermati pengeluaran, maka pandemi telah mengarahkan organisasi ke cara-cara baru untuk menyeimbangkan manajemen biaya dengan transformasi digital. Menggandakan cloud adalah salah satu pemikiran tersebut.
Alasan penghematan biaya untuk mempercepat penggunaan cloud telah dikenal secara luas:
• Mengalihkan biaya infrastruktur Cap-Ex ke pembayaran Op-Ex bulanan dan mengurangi tekanan anggaran.
• Mengurangi kebutuhan untuk mempekerjakan dan mempertahankan staf terampil akan membantu untuk menghemat uang.
• Menjalankan perangkat lunak paling mutakhir tanpa mengkhawatirkan lisensi dan pemutakhiran akan merampingkan tugas-tugas manajemen dan mengurangi biaya operasional.
Selain penghematan biaya, ada banyak manfaat lain yang dibawa cloud ke organisasi, baik selama masa yang bergejolak saat ini dan (semoga) di masa depan yang lebih tenang.
Salah satu manfaat utamanya adalah memperketat keamanan data dan ketahanan dunia maya — bukan rahasia lagi bahwa pusat data dan jaringan yang dikelola oleh penyedia layanan cloud lebih aman dari ancaman siber.
Manfaat tambahannya adalah pemberdayaan tenaga kerja kolaboratif jarak jauh — sesuatu yang telah dipercepat selama pandemi COVID-19 dan diharapkan menjadi perlengkapan masa depan pekerjaan. Mengandalkan layanan berbasis cloud memungkinkan karyawan menjadi produktif di mana pun lokasinya.
Cloud mendorong transformasi dengan:
• Mengaktifkan partisipasi dalam ekonomi API - penggunaan API untuk mengizinkan aplikasi bisnis mengirim dan menerima data dengan lancar di seluruh cloud.
• Mengaktifkan implementasi layanan mikro, menggantikan aplikasi monolitik dengan berbagai layanan berbasis cloud yang bekerja sama.
• Memusatkan informasi dan membuatnya mudah diakses untuk analisis, integrasi proses, dan berbagi informasi.
Setelah beralih ke cloud karena alasan anggaran di tengah guncangan pandemi, para penentu kebijakan Teknologi Informasi sekarang ingin memperluas ketergantungan mereka pada cloud sebagai fondasi untuk transformasi digital.
Dan sepertinya mereka akan memiliki sumber daya modal untuk melakukannya. Menurut CIO 2021, para pemimpin TI sekarang mengharapkan anggaran teknologi yang sehat untuk 2021 - 49% pemimpin TI mengantisipasi peningkatan anggaran teknologi mereka.
Terjadi gangguan. COVID-19 menyebabkan organisasi mundur dari inisiatif transformasi berani tetapi terkadang berisiko. Dengan menggandakan komitmen mereka pada cloud, banyak bisnis akan menemukan posisi yang lebih baik untuk inovasi yang lebih tahan lama.
(Sumber: Computerworld)